Rabu, 24 Desember 2008

Surat Untuk Yang Tersakiti

Oleh : Muhammad Baiquni


Teruntuk seseorang yang pernah ku sakiti.
Teruntuk seseorang yang kecewa dengan tingkahku selama ini, untuk dia yang terus berdiam diri, untuk seseorang yang pernah mengisi namanya dihatiku ini.

Assalamu’alaikum wahai engkau yang pernah tersakiti,

Lama kita tidak saling mengirim kabar, teramat lama juga kita membangun luka antara sesama kita. Maafkanlah aku yang terus kecewa, maafkan aku yang begitu posesif ingin melindungimu namun aku tak pernah mengerti cara yang dewasa yang kau anggap baik untuk melindungimu. Maafkanlah aku yang tak pernah dewasa dalam mengambil sikap.

Teramat lama aku ingin segera mengakhiri perang dingin ini. Teramat lama aku ingin kita kembali berteman seperti dulu lagi, tanpa harus ada makian antara aku dan kamu. Teramat lama dan telah teramat sesak aku menunggu waktu yang tepat untuk mengucapkan kata maaf ini. Maka maafkanlah aku.
Apakah engkau harus terus memegang kata: tidaklah mudah untuk memaafkan.

Bukankah Tuhan saja Maha Pemaaf, namun mengapa aku atau engkau tidak mampu memaafkan? Sudah menjadi tuhan-tuhan kecilkah kita?
Atau memang engkau telah memaafkan segala kesalahanku? Namun mengapa telah terputus tali silaturahmi diantara kita?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah begitu mudah memutuskan sesuatu yang berat, janganlah begitu mudah membenci sesuatu. Hal yang engkau anggap ringan itu sebenarnya adalah sesuatu yang berat di mata Allah. “Dan janganlah kebencianmu pada suatu kaum membuatmu berlaku tidak adil.”
Masih ingatkah engkau suatu kisah, dimana engkau bercerita: “Aku pernah memiliki seekor domba, dulu domba itu begitu kusayang. Kemana aku pergi domba itu mengikutiku, dan kemana domba itu beranjak akupun mengikutinya. Namun suatu hari aku amat begitu buruk dan membencinya, domba itu mulai sering mengomel. Dia mengoceh betapa aku harus lebih sering mandi, dia terus berkelakar bahwa tidak baik jika aku tidak mandi. Dia mulai sering mengkritikku. Aku marah. Aku ku tinggalkan domba itu sendiri. Tidak peduli dia mau mati atau terisak nangis sendiri. Bahkan domba itu mulai membentak bahwa selama ini aku tidak ikhlas menemaninya, padahal aku ikhlas.”

Dan aku pun tersenyum mendengar kisahmu. Aku pun berkata, “Mengapa tidak kau temani lagi dombamu yang sedang merajuk itu?”
Kau pun ketus menjawab, “TIDAK! Dia bukan dombaku!”

Tahukah engkau wahai seseorang yang pernah ku sakiti, aku pun kini merasakan apa yang dialami oleh domba itu. Terlalu sakitkah dirimu sehingga engkau begitu membenciku dan menjadikan aku laksana domba dalam ceritamu?

Jangan seperti itu. Sungguh jangan seperti itu. Janganlah engkau seperti Yunus ketika meninggalkan kaumnya karena kemarahannya akibat kezaliman kaumnya dan Allah pun memperingatkan Yunus, “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit.”

Dulu kita pernah berteman baik sekali, hingga aku pun mengerti kapan kau akan sakit dalam tiap-tiap bulanmu. Dulu engkau begitu pengasih, hingga tahu betapa aku menginginkan sesuatu dan engkaupun memberikannya. Dulu, kita berdua begitu baik.

Namun mengapa setelah datang kebaikan, timbul keburukan?

Sedari awal, aku telah memaafkanmu. Bahkan aku merasa, kesalahanmu di mataku adalah akibat salahku. Aku yang memulai menanam angin, dan aku melihat badai di antara kita. Badai dingin yang amat begitu menyesakkan. Paling tidak untukku.

Jangan takut jika engkau khawatir perasaan cinta yang dulu melekat akan kembali timbul. Aku bukanlah seorang baiquni seperti yang dulu lagi. Aku telah mengubah sudut pandangku tentang seseorang yang layak aku cintai. Aku sekarang sedang mencari bidadari.

Ingin aku bercerita kepadamu, kandidat-kandidat bidadariku.

Mengapa setelah habis cinta timbul beribu kebencian. Mengapa tidak mencoba membuka hati untuk seteguk rasa maaf. Jujur, bukan dirimu saja yang tersakiti, namun aku juga. Namun aku mencoba membuang semua sakit yang begitu menyobek hati. Andai engkau tahu wahai engkau yang pernah kusakiti.
Pernahkah engkau menangis karenaku seperti aku menangis karenamu? Seperti aku terisak dihadapanmu. Pernahkah?

Mungkin dirimu telah menemukan seseorang yang begitu engkau sayangi. Seseorang yang mampu membangkitkan hidupmu lagi, tetapi aku? Pernahkah engkau berpikir betapa hal yang engkau lakukan terhadapku begitu berdampak laksana katrina. Bahkan setelah itu aku masih memaafkanmu, bahkan aku menunduk memintamu memaafkan aku.

Sudah menjadi tuhan kecilkah dirimu? Bahkan Tuhan saja memaafkan.

Tahukah wahai engkau yang pernah tersakiti, betapa aku meneteskan air mata saat menulis ini. Betapa aku seolah pendosa laksana iblis yang terkutuk. Apakah engkau mengerti apa yang kurasakan? Mengertikah dirimu?

Tak pernah ada manusia yang luput dari suatu kekhilafan. Tidak aku, tidak juga kamu wahai engkau yang pernah tersakiti. Maka, bukalah pintu maafmu itu.
Untuk surat ini, untuk kekhilafanku yang lampau, untuk kenangan yang membuatmu sakit, untuk segala sesuatu tentang kita, aku minta maaf.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Sumber : Dudung.net

Minggu, 16 November 2008

Ampunan-Nya

Ah kejujuran yang indah. Suguhkanlah dihadapan Allah dengan penuh harap dan rasa takut. Saat air mata menetes (karena takut kepada Allah), mohon ingatlah hal berikut (dimana dengannya saya melihat Islam itu harapan):

Kelak di yaumil akhir, gemuruh neraka memburu manusia. Dari jarak kl 7th perjalanan gemuruh neraka telah menakutkan. Bahkan para nabi dan Rasul berteriak: "selamatkan aku, selamatkan aku..!" kecuali seorang Rasul, ialah Rasulullah. Beliau justru berteriak: "Umatku, umatku..". (sahabat rasakanlah desir sekujur tubuh karena kita haru atas: betapa hebat kasih sayang Rasulullah kepada kita).

Kemudian Rasulullah terus berusaha memadamkannya, yaitu dengan menyebutkan sifat-sifat mulia hamba2 Allah yang sering bangung tengah malam (bertahajud), sering bersedekah, dst. Tapi api tersebut tidak pernah padam bahkan terus mendekat.

Tiba-tiba muncul malaikat membawa mangkuk berisi air, berujar: "padamkanlah dengan (air) ini..". Lalu Rasulullah memercikkan air tersebut ke arah gemuruh api, dan subhanallah: api itu padam.

Rasulullah bertanya: "air apakah ini?". Malaikat menjelaskan bahwa itu adalah air mata umat Rasulullah yang berdosa besar, tetapi bertobat dan karena takutnya kepada Allah dia menangis.

..............

Sahabatku, tidakkah riwayat diatas menunjukkan betapa Islam adalah sebuah harapan dan masa depan kita, padahal itu pun jalan. Ajukanlah keluh kesah dan segenap penyesalan kehadapan-Nya, mintalah ampunan-Nya segera dan terus-menerus. Semoga Allah menjadikan kita semua baik di akhir dan mati dalam keimanan yang terkokoh dan bisa kita pertanggung-jawabkan.

Hasbunallah wani'mal wakil (cukuplah Allah pelindungku dan pemeliharaku). Dan cukuplah kepada Allah saja kita berkeluh-kesah, sementara alam semesta biarlah melihat kita tersenyum/salam walau dada terasa terbelah/teriris.



Sumber : anonim


Sungguh..........Kasih Sayang ALLAH mendahului murkaNya, janganlah putus asa mengharapkan pengampunanNya..........

Jumat, 14 November 2008

Diet Sehat, Mungkinkah?

Penyusun: Ummu ‘Abdirrahman

Cantik adalah tubuh langsing! Inilah paradigma yang terjadi tidak hanya pada sebagian besar wanita, namun juga laki-laki. Oleh karenanya banyak wanita –baik dengan keinginannya sendiri maupun karena permintaan laki-laki yang dicintainya- menjalani diet untuk mendapatkan postur tubuh yang dianggap ideal. Mengurangi jumlah makanan, obat pelangsing, sedot lemak semuanya dilakukan. Sampai sebagian mereka berkata, “beautiful is pain.”


Dan bagaimana hasilnya? Alih-alih menjadi langsing, tubuh malah menjadi kurus dan sakit atau bahkan ada yang semakin melar.

Sangat penting untuk diketahui bahwa diet dilakukan tidak hanya sekedar untuk mendapatkan postur tubuh ideal. Diet adalah mengatur pola makan untuk menjaga kesehatan. Postur tubuh ideal inilah yang menjadi salah satu ciri tubuh yang sehat. Tubuh yang terlalu kurus maupun tubuh yang terlalu gemuk kedua-duanya merupakan faktor resiko terjadinya penyakit.

Postur Tubuh Ideal

Postur tubuh dapat diukur dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), yaitu:

IMT = BB (kg)/TB x TB (m)

IMT yang normal adalah antara 18-25. Seseorang dikatakan kurus bila IMT kurang dari 18 dan gemuk bila IMT lebih dari 25. Bila IMT lebih dari 30, orang tersebut menderita obesitas dan perlu diwaspadai karena biasanya obesitas menyertai penyakit lain misalnya diabetes mellitus, hipertensi, hiperkolesterol dan kelainan metabolisme lain.

Contoh wanita dengan berat badan = 58 kg dan tinggi badan (TB) = 161 cm = 1,61 m.

IMT = 58/1,61 x 1,61 = 22,37 (normal)

Untuk mengetahui berat badan ideal, dapat digunakan rumus Brocca sebagai berikut:

BB Ideal = (TB - 100) - 10% (TB - 100)

Batas ambang yang diperbolehkan adalah 10%. Bila lebih dari 10% maka termasuk kegemukan dan bila di atas 20% maka sudah terjadi obesitas.

Contoh: wanita dengan TB = 161 cm, BB = 58 kg

BB ideal = (161 – 100) – 10% (161 – 100) = 61 – 6,1 = 54,9 (55 kg)
BB 58 kg masih dalam batas 10%.

Syarat Dasar Diet Sehat

Syarat 1: Tidak menyingkirkan golongan makanan tertentu

Banyak orang melakukan diet dengan menyingkirkan makanan tertentu yang dianggap sebagai musuh diet. Padahal tubuh tetap membutuhkan keseimbangan nutrisi sekalipun saat diet. Baik karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, serat, air dan oksigen sangat penting artinya bagi tubuh.

Syarat 2: Tetap memperhatikan kebutuhan tubuh terhadap protein dan lemak

Tubuh membutuhkan 30 gram protein sehari. Protein digunakan oleh tubuh untuk pembentukan dan pertumbuhan sel-sel tubuh. Tidak ada salahnya memakan daging, susu, padi-padian dan kacang-kacangan selama tidak berlebihan.

Perhatikanlah jumlah lemak yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu 50 gram sehari. Tidak semua lemak itu jahat. Selain itu, banyak nutrisi yang bisa diserap tubuh jika terlarut dalam lemak.

Syarat 3: Makan hanya pada saat lapar

Tips Sukses Dalam Diet

Pada dasarnya, diet adalah memilih makanan yang dimakan, mengubah perilaku terhadap makanan dan membatasi jumlah makanan. Berikut ini adalah tips sukses dalam diet:

1. Nikmati makanan dan kunyah makanan hingga halus serta pastikan tidak menyuap makanan setelah makanan sebelumnya tertelan.
2. Makan bersama keluarga atau teman sambil bercengkerama akan membuat kita menyantap makanan dengan perlahan. Hal ini akan membuat tubuh memiliki waktu untuk memproses makanan secara maksimal.
3. Jangan makan sambil melakukan hal lain, misalnya menonton karena situasi ini akan membuat kita cenderung menambah porsi makanan.
4. Prinsip utama diet adalah membatasi jumlah kalori yang masuk sehingga tubuh terpacu untuk memanfaatkan kalori cadangan dalam tubuh. Tubuh bisa berfungsi dengan baik dengan 1200-1500 kalori.
5. Hindari makanan yang banyak mengandung lemak jenuh misalnya santan, jeroan dan gorengan serta memperbanyak konsumsi lemak tak jenuh misalnya ikan, minyak zaitun, kacang, kedelai dan alpokat.
6. Memperbanyak konsumsi buah dan sayur. Karena selain mengenyangkan dan membuat tidak cepat lapar, buah dan sayur dapat memperlancar proses pembuangan dan meningkatkan kekebalan tubuh.
7. Makan besar adalah makan siang, bukan makan malam.
8. Hindari mengemil. Jika sulit, gantilah cemilan yang dimakan antara makan pagi dan makan siang atau antara makan siang dan makan malam dengan buah atau sayur.
9. Berolahraga secara teratur akan membakar kalori dan mengoptimalkan metabolisme tubuh.
10. Memperbanyak minum air putih.
11. Obat pelangsing dan sedot lemak tidak membantu mendapatkan postur tubuh yang sehat dan ideal selama tidak dibarengi dengan diet makanan yang baik. Gunakan obat pelangsing atau sedot lemak pada saat kondisi kegemukan memang berbahaya bagi kesehatan tubuh dan lakukan sesuai dengan petunjuk dokter. Karena obat pelangsing dan sedot lemak memiliki banyak efek samping bagi tubuh.

Diet Salah: Tubuh Memberi Sinyal

1. Jika kebutuhan karbohidrat tidak tercukupi, gejala yang dirasakan adalah mual, pusing dan gangguan pencernaan yang berujung pada bau napas tak sedap.
2. Mudah capek, lesu dan tak bergairah bisa terjadi jika kekurangan lemak dan protein hewani.
3. Sering buang air kecil dan besar sebagai efek obat pelangsing bisa berbahaya bagi tubuh karena nutrisi yang masuk ke dalam tubuh akan berkurang.

Bagaimana Jika Tergoda?

1. Percayai perut. Sebelum tertarik dan menyantap makanan, tanyakan dulu pada perut apakah ia merasa lapar. Jika tidak, maka segera hentikan.
2. Makanan kerap dijadikan pelarian saat stress. Jika stres membuat konsumsi makanan menjadi berlebihan, hentikan dan lakukan aktivitas lain yang menjadikan tubuh nyaman dan rileks.
3. Cubitlah titik saraf yang berfungsi mengendalikan nafsu makan. Letaknya ada di area tulang rawan, tempat rahang menempel tepat di bawah daun telinga.
4. Buatlah aroma di ruangan anda dengan pengharum ruangan atau lilin beraroma. Aroma pisang, peppermint dan apel terbukti menahan nafsu makan.


***

Sumber : www.muslimah.or.id

Selasa, 28 Oktober 2008

Minggu, 19 Oktober 2008

Mari Sejenak Berbicara Tentang Zodiak

Ramalan Anda minggu ini:
Zodiak: Aquarius
Pekerjaan: Mulai menjalankan pekerjaan yang tertunda.
Asmara: Patah semangat dan jenuh.
Keuangan: Rezeki yang diperoleh ternyata tidak sebanding dengan usaha yang anda lakukan.

Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, tulisan kami di atas sama sekali bukan bermaksud untuk menjadikan website ini sebagai website ramalan bintang, akan tetapi tulisan di atas merupakan kutipan dari sebuah website yang berisi tentang ramalan-ramalan nasib seseorang berdasarkan zodiak. Ya, ramalan zodiak atau yang biasa dikenal dengan ramalan bintang sudah menjadi “gaya hidup” modern anak muda sekarang. Terlebih khusus lagi bagi para pemudi (bahkan muslimah). Namun, alangkah baiknya apabila kita meninjau ramalan bintang ini berdasarkan syariat islam.


Ramalan Bintang Termasuk Ilmu Nujum/Perbintangan

Zodiak adalah tanda bintang seseorang yang didasarkan pada posisi matahari terhadap rasi bintang ketika orang tersebut dilahirkan. Zodiak yang dikenal sebagai lambang astrologi terdiri dari 12 rasi bintang (Aries, Taurus, Gemini, Cancer, Leo, Virgo, Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces). Zodiak ini biasa digunakan sebagai ramalan nasib seseorang, yaitu suatu ramalan yang didasarkan pada kedudukan benda-benda tata surya di dalam zodiak (disarikan dari website Wikipedia). Dalam islam, zodiak termasuk ke dalam ilmu nujum/Perbintangan.

Ramalan Bintang Adalah Sihir

Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda: “Siapa yang mempelajari ilmu nujum berarti ia telah mempelajari cabang dari ilmu sihir, apabila bertambah ilmu nujumnya maka bertambah pulalah ilmu sihirnya.” (HR Ahmad dengan sanad hasan). Hadits ini dengan jelas dan tegas menyatakan bahwa ilmu nujum (yang termasuk dalam hal ini adalah ramalan bintang) merupakan bagian dari sihir. Bahkan Rasulullah menyatakan bahwa apabila ilmu nujumnya itu bertambah, maka hal ini berarti bertambah pula ilmu sihir yang dipelajari orang tersebut. Sedangkan hukum sihir itu sendiri adalah haram dan termasuk kekafiran, sebagaimana Allah berfirman yang artinya: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syaitan-syaitan lah yang kafir (mengerjakan sihir).” (Qs. Al Baqarah: 102)

Ramalan Bintang = Mengetahui Hal yang Gaib

Seseorang yang mempercayai ramalan bintang, secara langsung maupun tidak langsung menyatakan bahwa ada zat selain Allah yang mengetahui perkara gaib. Padahal Allah telah menegaskan dalam Al-Qur’an bahwa tidak ada yang mengetahui perkara yang gaib kecuali Dia. Allah berfirman yang artinya: “Katakanlah: Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib, kecuali Allah.” (Qs. An Naml: 65). Dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan terjadi besok, sebagaimana firmanNya yang artinya “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari Kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana Dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Qs. Luqman: 34). Klaim bahwa ada yang mengetahui ilmu gaib selain Allah adalah kekafiran yang mengeluarkan dari islam.

Ramalan Bintang = Ramalan Dukun

Setiap orang yang menyatakan bahwa ia mengetahui hal yang gaib, maka pada hakikatnya ia adalah dukun. Baik dia itu tukang ramal, paranormal, ahli nujum dan lain-lain. (Mutiara Faidah Kitab Tauhid, Ust Abu Isa Hafizhohullah) Oleh karena itu, ramalan yang didapatkan melalui zodiak sama saja dengan ramalan dukun. Hukum membaca ramalan bintang disamakan dengan hukum mendatangi dukun. (Kesimpulan dari penjelasan Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dalam kitab At-Tamhid).

Hukum Membaca Ramalan Bintang

Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:

Jika ia membaca zodiak, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut. maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah “Barangsiapa yang mendatangi peramal, lalu menanyakan kepadanya tentang sesuatu, maka tidak diterima shalatnya selama 40 hari.” (HR. Muslim)

Jika ia membaca zodiak kemudian membenarkan ramalan zodiak tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah bersabda “Barang siapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun, lalu mempercayai apa yang diucapkannya, maka ia telah kufur dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad Shallahu alaihi wasallam.” (Hadits sahih Riwayat Imam Ahmad dan Hakim).

Jika ia membaca zodiak dengan tujuan untuk dibantah, dijelaskan dan diingkari tentang kesyirikannya, maka hukumnya terkadang dituntut bahkan wajib. (disarikan dari kitab Tamhid karya Syeikh Shalih bin Abdul Aziz Alu syaikh dan Qaulul Mufid karya Syeikh Utsaimin dengan sedikit perubahan).

Shio, Fengshui, dan Kartu Tarot

Di zaman modern sekarang ini tidak hanya zodiak yang digunakan sebagai sarana untuk meramal nasib. Seiring dengan berkembangnya zaman, ramalan-ramalan nasib dalam bentuk lain yang berasal dari luar pun mulai masuk ke dalam Indonesia. Di antara ramalan-ramalan modern impor lainnya yang berkembang dan marak di Indonesia adalah Shio, Fengshui (keduanya berasal dari Cina) dan kartu Tarot (yang berasal dari Italia dan masih sangat populer di Eropa). Kesemua hal ini hukumnya sama dengan ramalan zodiak.

Nasib Baik dan Nasib Buruk

Ukhti muslimah yang semoga dicintai oleh Allah, jika ukhti renungkan, maka sesungguhnya orang-orang yang mencari tahu ramalan nasib mereka, tidak lain dan tidak bukan dikarenakan mereka menginginkan nasib yang baik dan terhindar dari nasib yang buruk. Akan tetapi, satu hal yang perlu kita cam dan yakinkan di dalam hati-hati kita, bahwa segala hal yang baik dan buruk telah Allah takdirkan 50 ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi, sebagaimana Nabi bersabda “Allah telah menuliskan takdir seluruh makhluk 50 ribu tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim). Hanya Allah yang tahu nasib kita. Yang dapat kita lakukan adalah berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan hal yang baik dan terhindar dari hal yang buruk, selebihnya kita serahkan semua hanya kepada Allah. Allah berfirman yang artinya “Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (Qs. Ath Thalaq: 3). Terakhir, ingatlah, bahwa semua yang Allah tentukan bagi kita adalah baik meskipun di mata kita hal tersebut adalah buruk. Allah berfirman yang artinya “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al-Baqarah: 216). Berbaik sangkalah kepada Allah bahwa apabila kita mendapatkan suatu hal yang buruk, maka pasti ada kebaikan dan hikmah di balik itu semua. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Adil terhadap hamba-hambaNya.



Sumber : www.muslimah.or.id

Sabtu, 18 Oktober 2008

Cari Jodoh

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya melakukannya Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apa ada aktivitas cari jodoh? Atau…apakah jodoh memang harus dicari? Yang pasti, setiap orang normalnya ingin menikah. Meskipun ada yang karena satu dan lain hal menjadi tak ingin atau tidak ditakdirkan berjodoh di dunia.

Aktivitas cari jodoh itu ada dan sudah sejak zaman dahulu banyak budaya melakukannya. Konon budaya valentin didasari budaya semacam itu.

Apakah Islam juga menyediakan aktivitas ini untuk muda-mudi kita? Sejujurnya penulis belum pernah menemukan sebuah ritual resmi atas nama Islam tentang ini, yang ada dan cukup banyak adalah berbagai arahan tentang mencari jodoh, memilih, dan memutuskan yang mana.

Mencari jodoh:
Ada sebuah tuntunan sangat praktis langsung dari Allah SWT.

” Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).” (An Nur 26).

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT sudah menjodohkan setiap orang bersesuaian jiwanya satu sama lain, mereka yang ”sesuai” akan cenderung betah satu sama lain dan karenanya akan mudah berjodoh. Jika kita masih lajang dan ingin cari jodoh, maka jika kita ingin mendapat jodoh yang baik berarti kitalah yang lebih dahulu harus menjadikan diri kita baik, maka Insya Allah kita akan dijodohkan dengan yang baik oleh Allah. Mudah ’kan? Itu langkah adalah langkah pertama.

Langkah pertama ini jika diyakini dengan sepenuh hati Insya Allah menjadi doa sekaligus usaha yang diajukan kepada Allah SWT tentang calon pendamping seperti apa yang kita inginkan.
Apakah kriteria ”baik” itu? Bagaimanakah kita ingin jodoh yang baik dengan cara kita berusaha menjadi baik terlebih dahulu?

Ketaqwaan adalah ukuran baku dari Allah SWT. Kadar ketaqwaan ini berdampak luas kepada semua sisi kehidupan seorang manusia. Ketika ia sedang diuji dengan kesenangan, ia akan bersyukur dengan pas, tepat, akurat, sehingga Allah menambah nikmat dariNya. Ketika ia diuji dengan musibah dan kesulitan, ia bersabar, sehingga Allah bertambah menyayanginya dan memberikan pahala yang banyak.

Hanya saja angka ketaqwaan tak dapat ditera manusia. Hanya Allah-lah yang Maha Tahu kadar ketaqwaan manusia. Bahkan si manusia itu sendiri tak pernah tahu berapa derajat ketaqwaannya, sebab ia sebagai manusia selain sarat dengan khilaf, lupa dan lalai, juga seringkali tidak mempertajam matahatinya sehingga semakin buta hakikat.

Manusia hanya mampu ”khawatir tak diterima Allah” (khouf) dan berharap ”agar ia diterima oleh Allah” (roja’). Khouf dan Roja’ ini seyogyanya ada dalam diri manusia yang sadar ia manusia yang sangat mungkin salah. Panjang lebar berbagai ulama modern maupun ulama salaf membahas dalam topik-topik tentang taqwa dan manajemen hati. Di situlah taqwa dibina.

Orang yang terbiasa mengelola hatinya Insya Allah juga mampu memprogram dirinya untuk maju menjadi lebih baik setiap harinya tanpa terjebak rasa sombong dan pongah bahwa ia sudah sampai kepada ”maqom” taqwa padahal sesungguhnya belum. Alah bisa karena biasa. Pepatah ini benar adanya.

Hendaknya kaum muda sibuk mengelola hatinya, sibuk meningkatkan taqwanya dengan keyakinan itulah kelak tiketnya ke surga dan ke pelaminan. Janganlah kaum muda muslim harapan ummat malah sibuk ”te-pe te-pe” (tebar pesona) di berbagai mal maupun layar kaca atau media lain dalam rangka membangun masa depan mereka.

Ada yang pernah bertanya kepada penulis: kalau begitu kapan berkesempatan berkenalan dengan orang banyak? Kalau sibuk menata hati kapan berjumpa orang-orang yang potensial menjadi calon? Bukankah harus ”gaul”?

Tergantung apa makna ”gaul”. Jika ”gaul” bermakna harus ikut segala tren dan mode, segala hura-hura dan pesta-pesta, maka itu tak perlu. Berapa banyak remaja dan anak muda justru terjebak mendapat jodoh buruk di tempat pergaulan semacam itu, dan bahkan bertemu dengan narkoba!

Bergaul normal, sebagaimana aktivitas sehari-hari, itu cukup. Bahkan aktivitas zaman ini tidak terbatas di lingkungan fisik belaka, ada dunia maya yang juga dapat menjadi ajang silaturahim. Sejak ketemu di dunia maya, lanjut ke dunia nyata, maka selanjutnya terserah anda.

Itu cukup, asalkan dalam bergaul sehari-hari, patokan bergaul terus dipegang sesuai aturan Islami. Ini sangat penting.

Dalam pergaulan, cara seseorang bergaul akan menentukan siapa selanjutnya kawannya. Seorang gadis yang berhati-hati dalam bergaul maka sikapnya akan menyingkirkan pemuda mata-keranjang sebab gadis ini ogah diperlakukan sembarangan. Sebaliknya jika si gadis selalu memberi ”lampu hijau” bagi teman-teman prianya untuk memperlakukan dirinya dengan sembarangan, maka dirinya hanya akan dipermainkan kemudian dicampakkan.

Jangan khawatir sikap yang ”penuh aturan” ini akan menjauhkan teman, sebaliknya, akan menseleksi dengan baik. Lagipula, buat apa punya teman yang hanya ingin mempermainkan?
Allah SWT tak pernah lupa dan tak pernah tidur. Allah SWT selalu memberikan kita bimbingan dan petunjuk, asal saja kita mau melihatnya.

Allah juga selalu menguji kita, hanya saja kita sering tak sadar. Kadang kita menyangka sedang ditawarkan sesuatu yang baik karena seolah indah dan baik (tampaknya), padahal sesungguhnya itu adalah ujian yang harus kita hindari dan jauhi karena di balik itu ada keburukan tersembunyi dan bahaya kepada agama.

Ada banyak anak muda muslim dan muslimah yang tertipu dengan manusia-manusia penuh misi pemurtadan. Para misionaris ini memang sengaja menjadi ”kawan terbaik” bagi calon sasarannya. Tujuannya adalah menjadi kawan akrab, kemudian, pacar, kemudian menikahi, kemudian memurtad-kan.

Entah ini memang sebuah gerakan terselubung atau hanya aktivitas pribadi, yang pasti fenomena ini sudah sangat banyak dan sudah berlangsung sejak puluhan tahun di bumi pertiwi ini. Ahh, andai saja setiap pemuda-pemudi muslim tetap berpegang pada aturan Islam dalam bergaul, berteman, bersahabat apalagi mencari jodoh, niscaya segala kisah pemurtadan seperti itu tak pernah terjadi. Waspadalah.


Sumber : Eramuslim

Sabtu, 20 September 2008

Kecantikan Sejati

Adalah kebahagiaan seorang laki-laki ketika Allah menganugrahkannya seorang istri yang apabila ia memandangnya, ia merasa semakin sayang. Kepenatan selama di luar rumah terkikis ketika memandang wajah istri yang tercinta. Kesenangan di luar tak menjadikan suami merasa jengah di rumah. Sebab surga ada di rumahnya; Baiti Jannati (rumahku surgaku).


Kebahagiaan ini lahir dari istri yang apabila suami memandangnya, membuat suami bertambah kuat jalinan perasaannya. Wajah istri adalah keteduhan, telaga yang memberi kesejukan ketika suami mengalami kegerahan. Lalu apakah yang ada pada diri seorang istri, sehingga ketika suami memandangnya semakin besar rasa sayangnya? Konon, seorang laki-laki akan mudah terkesan oleh kecantikan wajah. Sempurnalah kebahagiaan seorang laki-laki jika ia memiliki istri yang berwajah memikat.

Tapi asumsi ini segera dibantah oleh dua hal. Pertama, bantahan berupa fakta-fakta. Dan kedua, bantahan dari sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Konon, Christina Onassis, mempunyai wajah yang sangat cantik. Ia juga memiliki kekayaan yang sangat besar. Mendiang ayahnya meninggalkan harta warisan yang berlimpah, antara lain kapal pesiar pribadi, dan pulau milik pribadi juga. Telah beberapa kali menikah, tetapi Christina harus menghadapi kenyataan pahit. Seluruh pernikahannya berakhir dengan kekecewaan. Terakhir ia menutup kisah hidupnya dengan satu keputusan: bunuh diri.

Kecantikan wajah Christina tidak membuat suaminya semakin sayang ketika memandangnya. Jalinan perasaan antara ia dan suami-suaminya tidak pernah kuat.

Kasus ini memberikan ibroh kepada kita bahwa bukan kecantikan wajah secara fisik yang dapat membuat suami semakin sayang ketika memandangnya. Ada yang bersifat psikis, atau lebih tepatnya bersifat qalbiyyah!

Bantahan kedua, sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam: “Seorang wanita dinikahi karena empat hal; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya. Maka pilihlah yang taat beragama niscaya kamu akan beruntung.” (HR. bukhari, Muslim)

Hadist di atas sebagai penguat bahwa kesejukan ketika memandang sehingga perasaan suami semakin sayang, letaknya bukan pada keelokan rupa secara zhahir. Ada yang bersifat bathiniyyah.

Dengan demikian wahai saudariku muslimah, tidak mesti kita harus mempercantik diri dengan alat kosmetik atau dengan menggunakan gaun-gaun aduhai yang akhirnya akan membawa kita pada sikap berlebihan pada hal yang halal bahkan menyebabkan kita menjadi lalai dan meninggalkan segala yang bermanfaat dalam perkara-perkara akhirat, wal ‘iyadzubillah. Namun tidak berarti kita meninggalkan perawatan diri dengan menjaga fitrah manusia, dengan menjaga kebersihan, kesegaran dan keharuman tubuh yang akhirnya melalaikan diri dalam menjaga hak suami. Ada yang lebih berarti dari semua itu, ada yang lebih penting untuk kita lakukan demi mendapatkan cinta suami.

Sesungguhnya cinta yang dicari dari diri seorang wanita adalah sesuatu pengaruh yang terbit dari dalam jiwa dengan segala kemuliaannya dan mempunyai harga diri, dapat menjaga diri, suci, bersih, dan membuat kehidupan lebih tinggi di atas egonya.

Untuk itulah saudariku muslimah… Tuangkanlah di dalam dada dan hatimu dengan cinta dan kasih sayang serta tanamkanlah kemuliaan wanita muslimah seperti jiwamu yang penuh dengan kebaikan, perhatian serta kelembutan. Bukankah kita telah melihat contoh-contoh yang gemilang dari pribadi-pribadi yang kuat dari para shahabiyyah radiyallahu ‘anhunna…?

Janganlah engkau penuhi dirimu dengan ahlak yang selalu sedih dan gelisah, banyak pengaduan dan keluh kesah dan selalu mengancam, karena hal tersebut akan menggelapkan hatimu. Tersenyumlah untuk kehidupan. Seperti kuatnya para shahabiyyah dalam menghadapi kehidupan yang keras dan betapa kuatnya wanita-wanita yang lembut itu mempertahankan agamanya…

Perhiasan jiwa, itulah yang lebih utama. Yaitu sifat-sifat dan budi pekerti yang diajarkan Islam, yang diawali dengan sifat keimanan. Sebagaimana firman Allah, (yang artinya) “Tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan.” (QS. Al-Hujaraat: 7)

Apabila keimanan telah benar-benar terpatri dalam hati, maka akan tumbuhlah sifat-sifat indah yang menghiasi diri manusia, mulai dari Ketakwaan, Ilmu, Rasa Malu, Jujur, Terhormat, Berani, Sabar, Lemah Lembut, Baik Budi Pekerti, Menjaga Silaturrahim, dan sifat-sifat terpuji lainnya yang tidak mungkin disebut satu-persatu. Semuanya adalah nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang diberikan kepada hamba-hambanya agar dapat bahagia hidup di dunia dan akhirat.

Wanita benar-benar sangat diuntungkan, karena ia memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal perhiasan jiwa dengan arti yang sesungguhnya, yaitu ketika wanita memiliki sifat-sifat terpuji yang mengangkat derajatnya ke puncak kemuliaan, dan jauh dari segala sesuatu yang dapat menghancurkanya dan menghilangkan rasa malunya….!

Saudariku… jika engkau telah menikah, maka nasihat ini untuk mengingatkanmu agar engkau selalu menampilkan kecantikan dirimu dengan kecantikan sejati yang berasal dari dalam jiwamu, bukan dengan kecantikan sebab yang akan lenyap dengan lenyapnya sebab.

Saudariku… jika saat ini Allah belum mengaruniai engkau jodoh seorang suami yang sholeh, maka persiapkanlah dirimu untuk menjadi istri yang sholihah dengan memperbaiki diri dari kekurangan yang dimiliki lalu tutuplah ia dengan memunculkan potensi yang engkau miliki untuk mendekatkan dirimu kepada Yang Maha Rahman, mempercantik diri dengan ketakwaan kepada Allah yang dengannya akan tumbuh keimanan dalam hatimu sehingga engkau dapat menghiasi dirimu dengan akhlak yang mulia.

Saudariku… ini adalah sebuah nasihat yang apabila engkau mengambilnya maka tidak ada yang akan diuntungkan melainkan dirimu sendiri.




Sumber : Buletin al-Izzah

Kamis, 18 September 2008

Ketika Derita Mengabadikan Cinta

"Kini tiba saatnya kita semua mendengarkan nasihat pernikahan untuk
kedua mempelai yang akan disampaikan oleh yang terhormat Prof. Dr.
Mamduh Hasan Al-Ganzouri . Beliau adalah Ketua Ikatan Dokter Kairo dan
Dikrektur Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang pakar syaraf terkemuka di
Timur Tengah, yang tak lain adalah juga dosen kedua mempelai. Kepada
Professor dipersilahkan. .."

Suara pembawa acara walimatul urs itu menggema di seluruh ruangan
resepsi pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di
tepi sungai Nil, Kairo.

Seluruh hadirin menanti dengan penasaran, apa kiranya yang akan
disampaikan pakar syaraf jebolan London itu. Hati mereka menanti-nanti
mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan
kesehatan syaraf dari professor yang murah senyum dan sering nongol di
televisi itu.

Sejurus kemudian, seorang laki-laki separuh baya berambut putih
melangkah menuju podium. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya
memancarkan wibawa. Kepalanya yang sedikit botak, meyakinkan bahwa ia
memang seorang ilmuan berbobot. Sorot matanya yang tajam dan kuat,
mengisyaratkan pribadi yang tegas. Begitu sampai di podium, kamera video
dan lampu sorot langsung shoot ke arahnya. Sesaat sebelum bicara,
seperti biasa, ia sentuh gagang kacamatanya, lalu...

Bismillah, alhamdulillah, washalatu was salamu'ala Rasulillah, amma
ba'du. Sebelumnya saya mohon ma'af , saya tidak bisa memberi nasihat
lazimnya para ulama, para mubhaligh dan para ustadz. Namun pada
kesempatan kali ini perkenankan saya bercerita...
Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan fiktif belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tak ternilai harganya,
yang telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya,
mempelai berdua dan hadirin sekalian yang dimuliakan Allah bisa
mengambil hikmah dan pelajaran yang dikandungnya. Ambilah mutiaranya dan
buanglah lumpurnya.

Saya berharap kisah nyata saya ini bisa melunakkan hati yang keras,
melukiskan nuansa-nuansa cinta dalam kedamaian, serta menghadirkan
kesetiaan pada segenap hati yang menangkapnya.
Tiga puluh tahun yang lalu ...
Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah keluarga bangsawan menengah
ke atas. Ayah saya seorang perwira tinggi, keturunan "Pasha" yang
terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah terhormatnya, seorang lady
dari keluarga aristokrat terkemuka di Ma'adi, ia berpendidikan tinggi,
ekonom jebolan Sorbonne yang memegang jabatan penting dan sangat
dihormati kalangan elit politik di negeri ini.

Saya anak sulung, adik saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam
suasana aristokrat dengan tatanan hidup tersendiri. Perjalanan hidup
sepenuhnya diatur dengan undang-undang dan norma aristokrat. Keluarga
besar kami hanya mengenal pergaulan dengan kalangan aristokrat atau
kalangan high class yang sepadan!

Entah kenapa saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkukung dan terbelenggu dengan strata sosial yang
didewa-dewakan keluarga. Saya tidak merasakan benar hidup yang saya
cari. Saya lebih merasa hidup justru saat bergaul dengan teman-teman
dari kalangan bawah yang menghadapi hidup dengan penuh rintangan dan
perjuangan. Hal ini ternyata membuat gusar keluarga saya, mereka
menganggap saya ceroboh dan tidak bisa menjaga status sosial keluarga.
Pergaulan saya dengan orang yang selalu basah keringat dalam mencari
pengganjal perut dianggap memalukan keluarga. Namun saya tidak peduli.

Karena ayah memperoleh warisan yan sangat besar dari kakek, dan ibu
mampu mengembangkannya dengan berlipat ganda, maka kami hidup mewah
dengan selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa berlibur ke luar
negri, ke Paris, Roma, Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika
berlibur di dalam negeri ke Alexandria misalnya, maka pilihan keluarga
kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di Montaza yang
berdekatan dengan istana Raja Faruq.

Begitu masuk fakultas kedokteran, saya dibelikan mobil mewah.
Berkali-kali saya minta pada ayah untuk menggantikannya dengan mobil
biasa saja, agar lebih enak bergaul dengan teman-teman dan para dosen.
Tetapi beliau menolak mentah-mentah.

"Justru dengan mobil mewah itu kamu akan dihormati siapa saja" tegas
ayah.

Terpaksa saya pakai mobil itu meskipun dalam hati saya membantah
habis-habisan pendapat materialis ayah. Dan agar lebih nyaman di hati,
saya parkir mobil itu agak jauh dari tempat kuliah.

Ketika itu saya jatuh cinta pada teman kuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona lahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan
kemuliaan ahlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung
hatinya tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan
kecerdasannya sangat menajubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi,
sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga mencintai saya. Saya merasa
telah menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk
menempatkan cinta ini dalam ikatan suci yang diridhai Allah, yaitu
ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua lulus dengan nilai tertinggi di
fakultas. Maka datanglah saat untuk mewujudkan impian kami berdua
menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di jalan yang
lurus.

Saya buka keinginan saya untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati
pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu, dan
saudara-saudara saya semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan
kecerdasannya. Ibu saya memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian
serta tutur bahasanya yang halus.
Usai kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Begitu saya
beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan membanting
gelas yang ada di dekatnya. Bahkan beliau mengultimatum: Pernikahan ini
tidak boleh terjadi selamanya!

Beliau menegaskan bahwa selama beliau masih hidup rencana pernikahan
dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh otak saya
nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang tak
terkira.

Hadirin semua, apakah anda tahu sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian sadis? Sebabnya, karena ayah calon istri saya itu tukang
cukur....tukang cukur, ya... sekali lagi tukang cukur! Saya katakan
dengan bangga. Karena, meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki
sejati. Seorang pekerja keras yang telah menunaikan kewajibannya dengan
baik kepada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi yang tak
banyak dilakukan para bangsawan "Pasha". Lewat tangannya ia lahirkan
tiga dokter, seorang insinyur dan seorang letnan, meskipun dia sama
sekali tidak mengecap bangku pendidikan.

Ibu, saudara dan semua keluarga berpihak kepada ayah. Saya berdiri
sendiri, tidak ada yang membela. Pada saat yang sama adik saya membawa
pacarnya yang telah hamil 2 bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah ibu
langsung merestui dan menyiapkan biaya pesta pernikahannya sebesar 500
ribu ponds. Saya protes kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil
seperti ini? Kenapa saya yang ingin bercinta di jalan yang lurus tidak
direstui, sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah berzina,
bergonta-ganti pacar dan akhirnya menghamili pacarnya yang entah yang ke
berapa di luar akad nikah malah direstui dan diberi fasilitas maha
besar? Dengan enteng ayah menjawab. "Karena kamu memilih pasangan hidup
dari strata yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan
pacar adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan menaikkan martabat
keluarga besar Al Ganzouri."
Hadirin semua, semakin perih luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah
saya, tentu sudah saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat
sudah dekat, yang ingin hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun
yang jelas berzina justru difasilitasi.

Dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk membela cinta dan hidup
saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahwa cara dan pasangan
bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja.

Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui ayahnya.
Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi, dengan
harapan beliau berlaku bijak merestui rencana saya. Namun, la haula wala
quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah
mengetahui penolakan keluarga saya. Beliaupun menolak mentah-mentah
untuk mengawinkan putrinya dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya
dengan reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika
tetap nekad menikah dengan saya.

Kami berdua bingung, jiwa kami tersiksa. Keluarga saya menolak
pernikahan ini terjadi karena alasan status sosial , sedangkan keluarga
dia menolak karena alasan membela kehormatan.

Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap dan bertanya
kenapa orang-orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?

Setelah berpikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri
penderitaan ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke
kantor ma'dzun syari (petugas pencatat nikah) disertai 3 orang sahabat
karibku. Kami berikan identitas kami dan kami minta ma'dzun untuk
melaksanakan akad nikah kami secara syari'ah mengikuti mahzab imam
Hanafi.
Ketika Ma'dzun menuntun saya, "Mamduh, ucapkanlah kalimat ini: Saya
terima nikah kamu sesuai dengan sunatullah wa rasulih dan dengan mahar
yang kita sepakati bersama serta dengan memakai mahzab Imam Abu
Hanifah."

Seketika itu bercucuranlah air mata saya, air mata dia dan air mata 3
sahabat saya yang tahu persis detail perjalanan menuju akad nikah itu.
Kami keluar dari kantor itu resmi menjadi suami-isteri yang sah di mata
Allah SWT dan manusia. Saya bisikkan ke istri saya agar menyiapkan
kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini belum berakhir.
Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, akad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Begitu
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayah dari rumah. Mobil dan
segala fasilitas yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa
apa-apa. Kecuali tas kumal berisi beberapa potong pakaian dan uang
sebanyak 4 pound saja! Itulah sisa uang yang saya miliki sehabis
membayar ongkos akad nikah di kantor ma'dzun.

Begitu pula dengan istriku, ia pun diusir oleh keluarganya. Lebih tragis
lagi ia hanya membawa tas kecil berisi pakaian dan uang sebanyak 2
pound, tak lebih! Total kami hanya pegang uang 6 pound atau 2 dolar!!!

Ah, apa yang bisa kami lakukan dengan uang 6 pound? Kami berdua bertemu
di jalan layaknya gelandangan. Saat itu adalah bulan Februari, tepat
pada puncak musim dingin. Kami menggigil, rasa cemas, takut, sedih dan
sengsara campur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang
berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dekapan kasih
sayang , rasa berdaya dan hidup menjalari sukma kami.
"Habibi, maafkan kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti
ini. Maafkan Kanda!"
"Tidak... Kanda tidak salah, langkah yang kanda tempuh benar. Kita telah
berpikir benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak bisa
menghargai kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berpikir anak kecil.
Suatu ketika mereka akan tahu bahwa kita benar dan tindakan mereka
salah. Saya tidak menyesal dengan langkah yang kita tempuh ini.
Percayalah, insya Allah, saya akan setia mendampingi kanda, selama kanda
tetap setia membawa dinda ke jalan yang lurus. Kita akan buktikan kepada
mereka bahwa kita bisa hidup dan jaya dengan keyakinan cinta kita. Suatu
ketika saat kita gapai kejayaan itu kita ulurkan tangan kita dan kita
berikan senyum kita pada mereka dan mereka akan menangis haru.
Air mata mereka akan mengalir deras seperti derasnya air mata derita
kita saat ini," jawab isteri saya dengan terisak dalam pelukan.

Kata-katanya memberikan sugesti luar biasa pada diri saya. Lahirlah rasa
optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu sirna seketika. Apalagi
teringat bahwa satu bulan lagi kami akan diangkat menjadi dokter. Dan
sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima
penghargaan dan uang sebanyak 40 pound.

Malam semakin melarut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di
emperan toko berdua sebagai gembel yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan, otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin
kami tidur di emperan toko itu. Jalan keluar pun datang juga. Dengan
sisa uang 6 pound itu kami masih bisa meminjam sebuah toko selama 24
jam.

Saya berhasil menghubungi seorang teman yang memberi pinjaman sebanyak
50 pound. Ia bahkan mengantarkan kami mencarikan losmen ala kadarnya
yang murah.

Saat kami berteduh dalam kamar sederhana, segera kami disadarkan kembali
bahwa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus
mengarunginya berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih
sayang dan perjuangan keras kami berdua serta rahmat Allah SWT.

Kami hidup dalam losmen itu beberapa hari, sampai teman kami berhasil
menemukan rumah kontrakan sederhana di daerah kumuh Syubra Khaimah. Bagi
kaum aristokrat, rumah kontrakan kami mungkin dipandang sepantasnya
adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah binatang
kesayangan mereka mungkin lebih bagus dari rumah kontrakan kami.

Namun bagi kami adalah hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu, jika
seorang gelandangan tanpa rumah menemukan tempat berteduh ia bagai
mendapat hadiah agung dari langit. Kebetulan yang punya rumah sedang
membutuhkan uang, sehingga dia menerima akad sewa tanpa uang jaminan dan
uang administrasi lainnya. Jadi sewanya tak lebih dari 25 pound saja
untuk 3 bulan.

Betapa bahagianya kami saat itu, segera kami pindah kesana. Lalu kami
pergi membeli perkakas rumah untuk pertama kalinya. Tak lebih dari
sebuah kasur kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu kecil, dua
kursi dan satu kompor gas sederhana sekali, kipas dan dua cangkir dari
tanah, itu saja... tak lebih.

Dalam hidup bersahaja dan belum dikatakan layak itu, kami merasa tetap
bahagia, karena kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia
adalah hidup dengan gairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia
merindukan surga di akhirat? Karena di surga Allah menjanjikan cinta.
Ah, saya jadi teringat perkataan Ibnu Qayyim, bahwa nikmatnya
persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami-isteri di dunia adalah
untuk memberikan gambaran setetes nikmat yang disediakan oleh Allah di
surga. Jika percintaan suami-isteri itu nikmat, maka surga jauh lebih
nikmat dari semua itu. Nikmat cinta di surga tidak bisa dibayangkan.
Yang paling nikmat adalah cinta yang diberikan oleh Allah kepada
penghuni surga , saat Allah memperlihatkan wajah-Nya. Dan tidak semua
penghuni surga berhak menikmati indahnya wajah Allah SWT.

Untuk nikmat cinta itu, Allah menurunkan petunjuknya yaitu Al-Qur'an dan
Sunnah Rasul. Yang konsisten mengikuti petunjuk Allah-lah yang berhak
memperoleh segala cinta di surga.
Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus
mendekatkan diri kepada-Nya.

Istri saya jadi rajin membaca Al-Qur'an, lalu memakai jilbab, dan tiada
putus shalat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi Rabi'ah Adawiyah
yang larut dalam samudra munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang ia
adalah dokter yang penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita
yang berkarakter dan berkepribadian kuat, ia bertekad untuk hidup berdua
tanpa bantuan siapapun, kecuali Allah SWT. Dia juga seorang wanita yang
pandai mengatur keuangan. Uang sewa sebanyak 25 poud yang tersisa
setelah membayar sewa rumah cukup untuk makan dan transportasi selama
sebulan.

Tetanggga-tetangga kami yang sederhana sangat mencintai kami, dan
kamipun mencintai mereka. Mereka merasa kasihan melihat kemelaratan dan
derita hidup kami, padahal kami berdua adalah dokter. Sampai-sampai ada
yang bilang tanpa disengaja,"Ah, kami kira para dokter itu pasti kaya
semua, ternyata ada juga yang melarat sengsara seperti Mamduh dan
isterinya."
Akrabnya pergaulan kami dengan para tetangga banyak mengurangi nestapa
kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya saudara sendiri. Ada yang menawarkan kepada isteri agar
menitipkan saja cuciannya pada mesin cuci mereka karena kami memang
dokter yang sibuk. Ada yang membelikan kebutuhan dokter. Ada yang
membantu membersihkan rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-
pertolongan mereka.

Kehangatan tetangga itu seolah-olah pengganti kasarnya perlakuan yang
kami terima dari keluarga kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak
terpanggil sama sekali untuk mencari dan mengunjungi kami. Yang lebih
menyakitkan mereka tidak membiarkan kami hidup tenang.

Suatu malam, ketika kami sedang tidur pulas, tiba-tiba rumah kami
digedor dan didobrak oleh 4 bajingan kiriman ayah saya. Mereka merusak
segala perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya, mereka patah-patahkan,
begitu juga dengan kursi. Kasur tempat kami tidur satu-satunya mereka
robek-robek. Mereka mengancam dan memaki kami dengan kata-kata kasar.
Lalu mereka keluar dengan ancaman, "Kalian tak akan hidup tenang, karena
berani menentang Tuan Pasha."

Yang mereka maksudkan dengan Tuan "Pasha" adalah ayah saya yang kala itu
pangkatnya naik menjadi jendral. Ke-empat bajingan itu pergi. Kami
berdua berpelukan, menangis bareng berbagi nestapa dan membangun
kekuatan. Lalu kami tata kembali rumah yang hancur. Kami kumpulkan lagi
kapas-kapas yang berserakan, kami masukan lagi ke dalam kasur dan kami
jahit kasur yang sobek-sobek tak karuan itu. Kami tata lagi buku-buku
yang berantakan. Meja dan kursi yang rusak itu berusaha kami perbaiki.
Lalu kami tertidur kecapaian dengan tangan erat bergenggaman, seolah
eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang
meringankan intimidasi hidup ini.

Benar, firasat saya mengatakan ayah tidak akan membiarkan kami hidup
tenang. Saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa ayah telah
merancang skenario keji untuk memenjarakan isteri saya dengan tuduhan
wanita tuna susila. Semua orang juga tahu kuatnya intelijen militer di
negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada
di telapak kaki mereka. Saya hanya bisa pasrah total kepada Allah
mendengar hal itu.

Dan Masya Allah! Ayah telah merancang skenario itu dan tidak
mengurungkan niat jahatnya itu, kecuali setelah seorang teman karibku
berhasil memperdaya beliau dengan bersumpah akan berhasil membujuk saya
agar menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak
menjalankan skenario itu , sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan
saya akan menjadi lebih keras dan bisa berbuat lebih nekad.

Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku setiap pekan sambil meminta
beliau sabar, sampai berhasil meyakinkan saya untuk mencerai isteriku.
Inilah skenario temanku itu untuk terus mengulur waktu, sampai ayah
turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya bisa
mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

Beberapa bulan setelah itu datanglah saat wajib militer. Selama satu
tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang saya
takutkan, tidak ada pemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6
pound setiap bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang
sangat saya cintai. Nyaris selama 1 tahun saya tidak bisa tidur karena
memikirkan keselamatan isteri tercinta.

Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hamba- Nya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia
mendapatkan kesempatan magang di sebuah klinik kesehatan dekat rumah
kami. Jadi selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat
Allah SWT.

Selesai wajib militer, saya langsung menumpahkan segenap rasa rindu
kepada kekasih hati. Saat itu adalah musim semi. Musim cinta dan
keindahan. Malam itu saya tatap matanya yang indah, wajahnya yang putih
bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk segala cintanya. Saya teringat
puisi seorang penyair Palestina yang memimpikan hidup bahagia dengan
pendamping setia & lepas dari belenggu derita:

Sambil menatap kaki langit
Kukatakan kepadanya
Di sana... di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai subuh tiba
Bukan karna ketiadaan kata-kata
Tapi karena kupu-kupu kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku... besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung

Yah... saya pun memimpikan demikian. Ingin rasanya istirahat dari
nestapa dan derita. Saya utarakan mimpi itu kepada istri tercinta. Namun
dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah bersih keras untuk masuk
program Magister bersama!

"Gila... ide gila!!!" pikirku saat itu. Bagaimana tidak...ini adalah
saat paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari pekerjaan
sebagai dokter di negara Teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang
tidak berperasaan. Tetapi istri saya tetap bersikukuh untuk meraih gelar
Magister dan menjawab logika yang saya tolak:

"Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan kita dan mendapat tawaran
dari Fakultas sehingga akan mendapatkan keringanan biaya, kita harus
sabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam
kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian
kita rengguk sum-sum penderitaan ini. Kita sempurnakan prestasi akademis
kita, dan kita wujudkan mimpi indah kita."

Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad baja istriku, hatiku pun
luluh. Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan
kekuatan jiwanya.

Jadilah kami berdua masuk Program Magister. Dan mulailah kami memasuki
hidup baru yang lebih menderita. Pemasukan pas-pasan, sementara
kebutuhan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktek, buku, dll.
Nyaris kami hidup laksana kaum Sufi, makan hanya dengan roti dan air.
Hari-hari yang kami lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan
kami. Malam hari kami lalui bersama dengan perut kosong, teman setia
kami adalah air keran.

Masih terekam dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama dalam
suatu malam sampai didera rasa lapar yang tak terperikan, kami obati
dengan air. Yang terjadi malah kami muntah-muntah. Terpaksa uang untuk
beli buku kami ambil untuk pengganjal perut.

Siang hari, jangan tanya... kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu,
terjelmalah kebiasaan dan keikhlasan.

Meski demikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah
menyesal atau mengeluh sedikitpun. Tidak pernah saya melihat istri saya
mengeluh, menagis dan sedih ataupun marah karena suatu sebab. Kalaupun
dia menangis, itu bukan karena menyesali nasibnya, tetapi dia malah
lebih kasihan kepada saya. Dia kasihan melihat keadaan saya yang asalnya
terbiasa hidup mewah, tiba-tiba harus hidup sengsara layaknya
gelandangan.

Sebaliknya, sayapun merasa kasihan melihat keadaannya, dia yang asalnya
hidup nyaman dengan keluarganya, harus hidup menderita di rumah
kontrakan yang kumuh dan makan ala kadarnya.

Timbal balik perasaan ini ternya menciptakan suasana mawaddah yang luar
biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak bisa lagi melukiskan rasa
sayang, hormat, dan cinta yang mendalam padanya.

Setiap kali saya angkat kepala dari buku, yang tampak di depan saya
adalah wajah istri saya yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya
dalam-dalam. Saya kagum pada bidadari saya ini. Merasa diperhatikan, dia
akan mengangkat pandangannya dari buku dan menatap saya penuh cinta
dengan senyumnya yang khas. Jika sudah demikian, penderitaan terlupakan
semua. Rasanya kamilah orang yang paling berbahagia di dunia ini.

"Allah menyertai orang-orang yang sabar, sayang..." bisiknya mesra
sambil tersenyum.

Lalu kami teruskan belajar dengan semangat membara.

Allah Maha Penyayang, usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelar
Magister dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya 2 tahun saja! Namun, kami
belum keluar dari derita. Setelah meraih gelar Magister pun kami masih
hidup susah, tidur di atas kasur tipis dan tidak ada istilah makan enak
dalam hidup kami.

Sampai akhirnya rahmat Allah datang juga. Setelah usaha keras, kami
berhasil meneken kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan
untuk pertama kalinya, setelah 5 tahun berselimut derita dan duka, kami
mengenal hidup layak dan tenang. Kami hidup di rumah yang mewah,
merasakan kembali tidur di kasur empuk dan kembali mengenal masakan
lezat.

Dua tahun setelah itu, kami dapat membeli villa berlantai dua di
Heliopolis, Kairo. Sebenarnya, saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah
memiliki rumah yang layak. Tetapi istriku memang 'edan'. Ia kembali
mengeluarkan ide gila, yaitu ide untuk melanjutkan program Doktor
Spesialis di London, juga dengan logika yang sulit saya tolak:

"Kita dokter yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui,
dan kita kini memiliki uang yang cukup untuk mengambil gelar Doktor di
London. Setelah bertahun-tahun hidup di lorong kumuh, tak ada salahnya
kita raih sekalian jenjang akademis tertinggi sambil merasakan hidup di
negara maju. Apalagi pihak rumah sakit telah menyediakan dana tambahan."

Kucium kening istriku, dan bismillah... kami berangkat ke London.
Singkatnya, dengan rahmat Allah, kami berdua berhasil menggondol gelar
Doktor dari London. Saya spesialis syaraf dan istri saya spesialis
jantung.

Setelah memperoleh gelar doktor spesialis, kami meneken kontrak kerja
baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya. Bahkan saya diangkat
sebagai direktur rumah sakit, dan istri saya sebagai wakilnya! Kami juga
mengajar di Universitas.

Kami pun dikaruniai seorang putri yang cantik dan cerdas. Saya namai dia
dengan nama istri terkasih, belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan
duka, yang tiada henti mengilhamkan kebajikan.

Lima tahun setelah itu, kami pindah kembali ke Kairo setelah sebelumnya
menunaikan ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana raja dan
permaisurinya yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup
bahagia, penuh cinta dan kedamaian setelah lebih dari 9 tahun hidup
menderita, melarat dan sengsara.

Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami kepada Allah swt
dan bertambahlan rasa cinta kami.

Ini kisah nyata yang saya sampaikan sebagai nasehat hidup. Jika hadirin
sekalian ingin tahu istri saleha yang saya cintai dan mencurahkan
cintanya dengan tulus, tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai
saat ini, di kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru
yang menunduk di barisan depan kaum ibu, tepat di sebelah kiri artis
berjilbab Huda Sulthan. Dialah istri saya tercinta yang mengajarkan
bahwa penderitaan bisa mengekalkan cinta. Dialah Prof Dr Shiddiqa binti
Abdul Aziz..."

Tepuk tangan bergemuruh mengiringi gerak kamera video menyorot sosok
perempuan separoh baya yang tampak anggun dengan jilbab biru. Perempuan
itu tengah mengusap kucuran air matanya. Kamera juga merekam mata Huda
Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai, dan
segenap hadirin yang menghayati cerita ini dengan seksama.


Sumber : tentang pernikahan.com

Senin, 15 September 2008

Skenario yg indah.....Doa untuk Sekeranjang Tempe

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe . Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia selalu memaknai hidupnya.
Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe , dia berjalan ke dapur. Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan- ikatan putih kapas dari peragian. Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan uang, untuk akan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali menjadi tempe .
Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe . Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku..."
Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe . Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung.

Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe . Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang "memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia. Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe . Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku..."
Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe . Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut. "Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, "tangan" Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya. Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe !" batinnya.

Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan... dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi. Kecewa, aitmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu. Dan dia tiba-tiba merasa lapar...merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan... esok dia pun tak akan dapat makan. Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-temannya" sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak. Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat...Di tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya??" Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe ..."
Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. "jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe ..." "Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali. Dan dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli. Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?" "Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi. Jadi,saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Ohh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"

Pembaca, ini kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. padahal, Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna. Kisah sederhana yang menarik, karena seringkali kita pun mengalami hal yg serupa.
Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua skenario yg Allah SWT takdirkan.

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu;Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui" (QS. Al Baqarah 216)


Sumber : milis deGromiest

Minggu, 14 September 2008

Rambut Indah

RAMBUT yang tertutup kerudung lebih rentan pada gangguan. Sebab rambut yang tertutup, terutama di kawasan yang beriklim panas, akan menjadi lembap. Kelembapan tersebut memicu munculnya ketombe, berminyak dan mudah rontok. Perawatan apa saja yang dibutuhkan untuk rambut yang sepanjang hari dikerudungi?

Mungkin sebelumnya Anda beranggapan bahwa dengan kerudung rambut terhindar dari kotoran seperti debu. Mungkin juga Anda merasa aman dari radiasi sinar ultra violet yang dapat merusak kutikula dan korteks. Jangan salah, justru rambut yang tertutup rapatlah yang lebih banyak mengalami gangguan. Oleh sebab itu, singkirkan anggapan bahwa mengenakan kerudung akan membuat rambut aman dari gangguan dan tidak memerlukan perawatan.

Masalah apa yang paling sering menimpa rambut wanita yang berkerudung? Jawabannya pasti bervariasi. Namun setidaknya ada tiga masalah utama yang timbul ketika Anda mengenakan kerudung, yaitu rambut berketombe, rontok, dan berminyak. Ketiga masalah tersebut rentan menimpa wanita berkerudung yang berada di daerah yang iklimnya panas, termasuk di Indonesia. Untuk itu, rambut memerlukan perawatan khusus supaya tidak terjadi kerusakan akut karena tertutup kerudung.

Menurut Daniel Amarta, hairdresser dari Daniel Amarta Salon, rambut yang tertutup kerudung akan menjadi lembap. Kelembapan dapat menyebabkan munculnya berbagai macam bakteri dan jamur.

"Bakteri dan jamur yang muncul akibat kelembapan adalah pityrosporum dan ovale. Kedua jenis jamur inilah yang dapat merusak rambut," ungkapnya.

Udara yang panas merangsang kelenjar keringat pada kulit kepala. Keringat yang mengendap akan berubah menjadi ketombe. "Ketombe tidak hanya disebabkan oleh pengelupasan kulit kepala saja. Ketombe juga bisa diakibatkan oleh endapan keringat. Jika ketombe pada rambut sudah akut, dapat menyebabkan luka pada kulit kepala," katanya. Sederhananya, jika kulit kepala gatal, sudah pasti Anda menggaruknya. Garukan tersebut, tanpa Anda sadari, dapat menyebabkan luka sebab endapan keringat menyebabkan kulit kepla menjadi rapuh.

Masalah lain yang juga tidak kalah bahayanya adalah kerontokan rambut. Ukuran normal jumlah rambut orang dewasa adalah sebanyak 100.000 helai. Jika perhari rambut rontok sebanyak 50 helai, masih dianggap normal. Lebih dari itu, waspadalah. Itu gejala kebotakan.

"Lembapnya rambut dapat merusak hormon thyroid atau yang disebut juga sebagai hormon yang menjaga stabilitas pertumbuhan rambut," jelasnya. Jika hormon tersebut rusak, pertumbuhan rambut akan terhambat. Jka tidak segera ditanggulangi, rambut akan rontok.

Satu lagi masalah yang pasti menimpa wanita berkerudung adalah rambut yang berminyak. Akibatnya rambut menjadi lepek, alias lemas dan berminyak.

"Rambut yang lepek atau lemas dan berminyak akan membuat rambut sulit ditata. Selain itu, rambut akan mengeluarkan bau yang tidak sedap," katanya. Meski dalam jumlah tertentu kadar minyak diperlukan untuk menjaga batang rambut dari radiasi sinar ultra violet, kelebihan di luar batas normal tidak bisa ditolerir.

Lantas bagaimanakah perawaratan yang tepat dan benar untuk wanita yang sehari-hari mengenakan kerudung? Daniel punya kiat jitu yang bisa Anda lakukan di rumah.

1. Rajin keramas setiap kali setelah aktivitas berat yang berbuntut pada keluarnya keringat. Keramas adalah salah satu perawatan yang ringan dan praktis dilakukan di rumah. Tujuannya adalah mengurangi kelebihan minyak pada rambut. Sehingga setelah keramas, rambut dapat dengan mudah ditata. Jika Anda punya banyak waktu, gunakan lemon cair keseluruh rambut. Kandungan asam pada lemon akan menetralisir minyak yang berlebihan sekaligus membuat rambut mengkilap.

2. Minimal sebulan dua kali melakukan hair masker. Perawatan ini bisa dilakukan di salon, bisa juga di rumah. Kandungan yang ada dalam cream masker seperti kandungan sari lidah buaya dapat menjaga rambut dari kerontokan dan memperkuat tumbuhnya rambut.

3. Usakan di rumah atau ketika hendak tidur Anda menanggalkan kerudung. Rambut juga perlu ruang untuk terkena udara segar.

4. Perawatan selanjutnya adalah dengan mengonsumsi buah-buahan dan menggunakan tonik sebagai suplai vitamin. Buah-buahan seperti wortel, tomat, dan apel dapat menjadi suplai vitamin dari dalam. Sedangkan tonik yang mengandung vitamin B dan E menjadi suplai vitamin dari luar. Jangan lupa melakukan pemijatan lembut pada saat menggunakan tonik.



Sumber : Okezone.com

Jumat, 12 September 2008

"Yang Jauh Dinanti Yang Datang Ditepis.....Uhuks...uhuks...uhuks..."

Akhlaq bagus, berpendidikan tinggi, wawasan luas, berwajah tampan pula.
Belum lagi didukung dengan kemapanan ekonomi yang bisa terlihat dari kendaraan dan rumah pribadinya. Meski demikian, kerendahan hatinya yang begitu menonjol menjadikannya begitu bersahaja. Tidak sombong dan justru sangat dermawan, dekat dengan segala golongan tidak memandang status dan membeda-bedakan orang berdasarkan kelas-kelas ekonomi. Terakhir yang tidak kalah pentingnya, mampu menunjukkan bakat kepemimpinan yang mumpuni.

Bermimpikah bila ada gadis muslimah yang mendambakan seorang pendamping dengan kriteria diatas? Atau bolehkah memimpikannya?

Tentu saja, setiap orang -laki-laki maupun wanita- berhak menentukan kriteria orang yang akan dijadikan calon pendampingnya kelak. Karena, seperti yang dicita-citakan hampir semua wanita, cukup satu kali menikah untuk seumur hidup meski terkadang ada sebagian yang harus menerima kenyataan menikah untuk kesekian kalinya karena alasan-alasan tertentu. Terlebih bagi mereka yang memang diberikan kemurahan-Nya memiliki kualitas lebih dari yang lain, entah karena paras cantiknya, jenjang pendidikan, tingkat kemapanan ekonomi, lingkungan dan pergaulan, atau karena kelebihan-kelebihan lainnya, mereka yang dengan berbagai kelebihan yang dimiliki itu tentu saja lebih merasa berhak untuk mematok kriteria tinggi untuk seorang calon pendamping. Setidaknya, pikir mereka, "peluangnya lebih besar" meski harus disadari bahwa segala sesuatu yang bakal berlaku dalam hidup ini, tentu saja Allah penentu akhirnya.

usia 20

Cantik, masih muda (dibawah 20 tahun atau masih berstatus mahasiswi), bukan hal aneh jika dikala ini masih cenderung membanding-bandingkan satu dengan yang lainnya untuk kemudian menentukan yang lebih baik. Bahkan bukan tidak mungkin masih menantikan hadirnya calon lain disamping yang sedang dibandingkannya. "Siapa tahu, yang datang kemudian lebih oke" pikirnya. Diusia seperti, ini idealisme seorang masih sangat tinggi sehingga, tidaklah heran jika ada orang yang membuat 'joke', salah satu kesibukan mereka adalah "sibuk nolak" terlebih terhadap laki-laki yang memang dianggap bukan kelasnya. Padahal yang ditolak itu sebenarnya juga "nggak rendah-rendah amat kualitasnya", mungkin hanya kurang menarik, atau karena belum mempunyai pekerjaan mapan. Ada juga, alasan-alasan yang tidak masuk akal semisal perbedaan suku. Namun sudah pasti, ini tidak berlaku umum, karena buktinya, banyak juga mereka yang menikah diusia ini dengan menafikan hal-hal seperti wajah atau kemapanan ekonomi.

usia 25

Sedikit diatas mereka (usia sekitar 25 tahun), baik mereka yang melanjutkan kuliah ke jenjang yang lebih tinggi atau sebagian yang lain yang sudah mendapatkan pekerjaan, mungkin saja kondisi tersebut mempertinggi 'daya tawar' mereka, namun justru pada usia ini pola pikir mereka tentang masa depan sudah mulai terbentuk dan punya arah yang lebih jelas. Pandangannya tentang calon pendamping tidak mutlak pada sisi fisiologis (tampan, berduit). Kalaupun ada pandangan ke arah tersebut, kadarnya pun tidak terlalu tinggi, setidaknya mereka juga lebih objektif mengukur dengan kualitas diri untuk disesuaikan dengan kriteria calon yang diharapkan.

usia 30

Lain halnya dengan mereka yang sudah mendekati 'kepala tiga'. Meski tidak bisa dipukul rata, namun tidak sedikit yang 'banting harga' di usia ini. Mereka yang ketika masih menjadi mahasiswi atau usia tidak lebih dari seperempat abad seringkali menampik kesempatan, menepis yang datang karena tingginya 'idealisme' dan patokan kriteria yang ditancapkan, mulai menurunkan kriteria calon, "Asal baik, sholatnya bener okelah". Bahkan diusia kepala tiga, ada saja yang lebih gila-gilaan soal jodoh yang bisa terlihat dari ungkapan-ungkapan seperti, "asal ada yang mau", "nunggu yang sholeh bener nggak datang-datang, yang ada ini juga bolehlah," atau yang lebih ekstrim, "syukur ada yang mau".

Patutlah menaruh hormat kepada para muslimah yang diusia kepala tiga atau lebih, tetap konsisten dengan mematok standar yang cukup realitis, Akhlak bagus (shaleh), jujur, amanah dan bertanggungjawab, berpenghasilan, serta memiliki jiwa pemimpin. Mereka tetap yakin bahwa Allah, dengan kerahasiaan-Nya sudah mengatur segala hal yang berkenaan dengan dirinya. Dengan tetap berkeyakinan seperti itu, kepercayaan dirinya mampu mengalahkan keresahan dan kegalauan yang terkadang muncul,

"Hanya soal waktu, disinilah diuji kesabaran", "Mungkin Allah mentakdirkan untuk lebih lama hidup sendiri" hiburnya.

Ada pula wanita-wanita yang karena alasan tertentu sengaja menunda pernikahan. Mereka tidak pernah menyesal terlambat menikah, atau menyesal telah menepis sekian banyak pemuda baik-baik yang datang kepadanya. Mereka, tetap tegar menatap hidup merengkuh masa depan yang menanti.

Namun bagi yang 'masih muda dan belum terlambat', tiada salahnya juga untuk tidak segera menepis datangnya calon pendamping hanya karena kriterianya sedikit dibawah standar, karena siapa tahu -Maha Suci Allah dengan segala kerahasiaan-Nya- dialah yang sengaja dikirimkan Allah untuk anda. Karena juga belum tentu, pujaan hati dengan label tinggi yang selama ini dinanti segera datang, bahkan bisa jadi masih jauh. Who knows?

Wallahu a'lam bishshowaab

Sumber : ...............

Ketika Jodoh Tak Kunjung Tiba

Fulanah termenung sendirian di kamarnya yang berukuran 3x4 meter persegi sambil sesekali menatap lukisan yang tergantung di sudut kamarnya. Sedikit demi sedikit air matanya keluar walaupun dia telah berusaha menahannya. Lukisan itu mengingatkan pada pelukisnya "si Fulan" yang sejak hari ini statusnya resmi menjadi 'mantan pacar'.

Kesedihan tak bisa dihindari. Setelah tiga tahun berpacaran akhirnya apa yang dikhawatirkannya terjadi juga. Alasan sulitnya komunikasi jarak jauh, kurangnya perhatian, masalah pekerjaan, dan perbedaan-perbedaan lainnya mengilhami perpisahan keduanya.

Selain sedih, perasaan khawatir dan takut tidak mendapat jodoh menghantui si Fulanah mengingat usianya kini bisa dibilang tidak remaja lagi. Kondisi demikian tidak hanya dirasakan oleh si Fulanah ini. Sebab, masih banyak Fulanah lainnya yang mengalami nasib sama. Galau menanti jodoh merupakan tema hidup yang cukup menyakitkan para perempuan yang mematok target menikah.

Perempuan, dengan sifatnya yang relatif lebih pemalu, pasif, dan cenderung menyimpan perasaannya sendirian akan merasa kesulitan untuk menyampaikan keinginan-keinginannya. Akhirnya, dia menjadi sosok yang sensitif apalagi jika menyangkut masalah jodoh, mengingat usia layak nikah perempuan lebih cepat dibanding dengan laki-laki.

Betulkah demikian? Secara psikologis, bisa jadi demikian. Tapi, perlukah seorang Muslimah galau menanti jodohnya? Pantaskah dia menjadi hilang arah karena dorongan hati dan desakan jiwa sulit diajak kompromi ditambah dengan dorongan dan permintaan keluarganya yang makin memekakkan telinga?

Jika seseorang sudah kehilangan arah, kehilangan pegangan, dan tidak memiliki prinsip apa-apa lagi, maka hidupnya tidak akan berjalan normal. Dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan dan diputuskan. Dan dia pun tidak punya sikap yang tegas. Itu sangat berbahaya sekali karena akan menggiringnya pada kenekadan-kenekadan yang akan merugikan diri dan orang-orang di sekitarnya.

Mendapat pasangan hidup adalah impian setiap orang yang masih lajang. Menjadi seorang yang single memang bukan akhir dari segalanya, tapi tetap saja manusia itu butuh seseorang untuk dijadikan pasangan hidup. Itulah fitrah.

Di saat seorang perempuan dewasa menerima undangan pernikahan dari teman-teman seusianya, pikirannya menerawang dan hatinya bertanya-tanya, "Kapan giliran saya mengundang mereka, selama ini saya hanya menerima undangan terus dari orang lain?"

Sebetulnya, kita tidak perlu merasa cemas jika kita berpegang teguh pada keyakinan bahwa jodoh merupakan hak prerogatif Allah yang tidak bisa diganggu gugat. Kapan pun dan siapa pun yang Allah tentukan sebagai jodoh kita, maka harus diyakini dan disyukuri. Memang terdengar klise, tapi inilah yang harus kita tanamkan dalam hati dan pikiran. Inilah yang sering sulit dipahami oleh manusia, sehingga dia menuduh Allah telah berbuat tidak adil.

Setan memang sangat ahli membisik-bisikkan sesuatu ke dalam hati manusia agar dia menjadi khawatir, ragu, dan berpaling dari kebenaran, termasuk dalam hal jodoh. Banyak orang yang menjadi buta dan tidak mengindahkan nasihat orang lain saat hatinya dilanda perasaan tak menentu. Kegundahan ini sebenarnya bisa berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan jika kita memperhatikan beberapa hal.

Pertama, husnuzhan-lah (berbaik sangka) kepada Allah. Takdir apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itu adalah hak Allah sepenuhnya. Dan yakinlah, ketentuan Allah adalah hal terbaik bagi kita.

Kedua, doa dan istighfar adalah senjata terampuh bagi setiap permasalahan yang kita hadapi. Teruslah memohon ampun pada-Nya karena siapa tahu apa yang menimpa kita merupakan buah dari kesalahan-kesalahan kita.

Maka sepantasnyalah kita memohon ampun terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah. Mintalah pasangan pilihan Allah untuk menjadi jodoh kita.

Ketiga, sempurnakan dengan amalan, yaitu tekun berpuasa. Bukankah itu yang dianjurkan oleh Rasulullah bagi para lajang selama mereka belum mendapatkan pasangan? Puasa dapat membantu kita untuk mengontrol hati sehingga tidak mengalami kekecewaan berkepanjangan.

Keempat, jangan menyendiri! Berkumpullah dengan orang-orang yang taat dan shalih yang dapat membangkitkan semangat kebaikan pada diri kita.
Kelima, pilihlah seseorang yang amanah dan takwa untuk dijadikan sebagai teman curhatyang bisa memberikan solusi yang tepat dan benar sesuai dengan tuntunan agama.

Kita berharap, semoga kegundahan yang dialami si Fulan atau Fulanah yang sedang menanti jodoh berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan sehingga membuat mereka menjadi semakin produktif. Yakinlah, bahwa Allah Mahatahu atas kebutuhan kita dibanding kita sendiri.


Sumber : Republika Online

Hari-Hari Penantian

Bagi seorang gadis, ada masa penantian yang acapkali menimbulkan suasana rawan, menanti jodoh. Padahal jodoh, maut dan rezeki adalah wewenang Allah semata. Tak ada sedikitpun hak manusia untuk mengklaim wewenang tersebut. Tapi, watak manusia terkadang lupa dengan janji Allah. Apalagi bila lingkungan sekitarnya terus menerus memburu'nya untuk menikah, sementara jodoh yang dinantikan tak kunjung tiba. Dalam keadaan demikian, kerap muncul bermacam efek yang dapat membahayakan dirinya.

Seorang wanita akan dianggap dewasa bila ia telah mengalami menstruasi. Islam mencatat masa ini sebagai masa awal mukallafnya seorang wanita. Yang perlu diketahui, wanita sekarang menjadi akil baligh jauh lebih cepat dibanding masa dahulu. Dua puluh tahun yang lampau, wanita paling cepat mengalami menstruasi pada usia 15 tahun. Namun pada masa ini, tak jarang wanita mulai mens pada usia 11 tahun. Akibatnya, kedewasaan wanita terhadap masalah-masalah perkawinan akan meningkat secara cepat.

Keresahan mulai melanda tatkala usia sudah merangkak naik, tapi calon suami tak kunjung datang. Tanpa disadari, ada perilaku-perilaku yang mestinya tak layak dilakukan oleh seseorang yang sudah dianggap sebagai teladan dilingkungannya. Ada muslimah-muslimah yang menjadi sangat sensitif terhadap acara-acara walimah ataupun wacana-wacana seputar jodoh dan pernikahan. Ada juga yang bersikap seolah tak ingin segera menikah dengan berbagai alasan seperti karir, studi maupun ingin terlebih dulu membahagiakan orang tua. Padahal, hal itu cuma sebagai pelampiasan perasaan lelah menanti jodoh.

Sebaliknya, ada juga muslimah yang cenderung bersikap over acting. Terlebih bila sedang menghadiri acara-acara yang juga dihadiri lawan jenisnya. Ia akan melakukan berbagai hal agar "terlihat", berkomentar hal-hal yang nggak perlu yang gunanya cuma untuk menarik perhatian, atau aktif berselidik jika mendengar ada laki-laki (ikhwan) yang siap menikah. Seperti halnya wanita dimata laki-laki, kajian dengan tema "ikhwan" pun menjadi satu wacana favorit yang tak kunjung usai dibicarakan dalam komunitas muslimah.

Data yang terlihat dibeberapa biro jodoh juga menambah daftar panjang fenomena yang menggambarkan betapa kaum Hawwa sangat dihantui masalah-masalah rawan yang membuat kita berpikir panjang dan harus segera dicarikan jalan keluarnya.

Tentang hal diatas, Al qur'an dengan apik mengisahkan ketidakberdayaan seorang wanita menghadapi masa penantian. "Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali ..." (QS. An Nahl:92).

Pernikahan memang bukan fardhu. Tidak ada dosa atas seseorang yang tidak menikah selama ia memang tidak menentang sunnah Rasul ini. Jadi, sekarang atau nanti kita menikah, bukanlah problem utama. Yang terpenting adalah bagaimana mengisi masa-masa penantian ini dengan hal-hal yang positif ataupun aktifitas yang berkenaan dengan persiapan pra nikah.

Persiapan berawal dari hati. Kebersihan hati akan membuat seseorang tenang dalam melangkah. Istilah "perawan tua" tidak akan menggetarkan perjalanannya dan membuat dia berpaling dari jalan dakwah. Kalaupun tak berjodoh di dunia, bukankah Allah akan menggantikannya di akhirat kelak sesuai dengan tingkatan amalnya?

Kebersihan hati juga akan sangat menentukan sikap qona'ah (ikhlas menerima dan merasa cukup) terhadap pemberian Allah. Sehingga ia dengan senang hati menerima, jika sekiranya Allah memberinya jodoh seseorang yang secara fisik (selain agama) tidak sesuai harapannya, agar tidak kaget melihat standar kebahagiaan yang diluar bayangannya.

Orang tua dan keluarga juga perlu dikondisikan, agar mereka tidak menyalahkan Islam. Banyak orang tua yang beranggapan bahwa jilbab adalah yang selama ini menjadi penghalang anaknya tidak mendapatkan pasangan.

Selain itu, bersabar dan berdo'a nampaknya merupakan kunci mutlak untuk menstabilkan moral (akhlaq). Dengan kesabaran, ada pintu-pintu yang terbuka yang barangkali tak terlihat ketika kita sedang sempit dada. Dengan do'a, ada jalinan mesra dengan Sang Pemilik. Mungkin tidak saat itu juga do'a-do'a kita akan segera dikabulkan, tetapi bukankah do'a adalah ibadah? Jadi, semakin banyak do'a terucap, semakin banyak pula ibadah dilakukan.

Buat para muslimah yang baru saja menikmati keindahan meneguk bahtera rumah tangga, tampaknya ada sikap yang harus dilakukan untuk menjaga perasaan muslimah yang belum menikah. Istri-istri baru itu, biasanya senang "mengompori". Sebenarnya sikap ini sah-sah saja, agar tampak bukti bahwa menikah tanpa pacaran, menikah dalam rangka dakwah adalah "pengorbanan" yang menyejukkan. Tapi jika hanya sekedar memanasi tanpa solusi, sebaiknya sikap seperti itu ditahan. Apalagi jika si muslimah
itu tidak siap dengan cerita-cerita seputar nikah itu, bisa jadi akan memedihkan perasaannya.

Namun demikian, lain halnya dengan muslimah-muslimah yang 'bandel', yang dengan berbagai alasan kerap menolak untuk menikah meski seharusnya sudah siap. Baik tuntutan dakwah maupun tuntutan lainnya.

Menikah adalah ibadah. Tapi, ia bukan satu-satunya ibadah. Masih banyak alternatif ibadah yang bisa dilakukan. Alangkah naifnya bila kita malah banyak membuang waktu untuk memikirkan masalah pernikahan yang tak kunjung juga teralami. Masih banyak pekerjaan dan hal lain yang membutuhkan penyaluran potensi kita. Mumpung masih gadis, optimalkanlah potensi diri. Karena kelak, jika kesibukan menjadi istri dan ibu menghampiri kita, waktu untuk menuntut ilmu, menghapal ayat Qur'an dan hadits, bahkan untuk bertemu Allah di sepertiga malam, tentu saja akan berkurang. Nah, kenapa tidak kita optimalkan sejak sekarang?

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad diantaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar" (QS 3:142)


Sumber : EraMuslim

Ketika Aku Pasrah dan Tawakal

Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menanti jodoh yang terbaik menurut sang Maha Pencipta, aku singkirkan segala permintaanku tentang jodoh yang tepat menurutku. Tapi jodohku masih belum datang juga. Ternyata ketika mulutku meminta, hatiku tidak seiring dan sejalan dengan apa yang aku ucapkan. Aku pun berusaha sekuat tenaga menyelaraskan ucapan dan lintasan hatiku.

Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menanti jodoh yang terbaik menurut sang Mahakasih dan Mahasayang, aku samakan do'a yang terucap lewat mulutku dan do'a yang terlintas dalam hatiku. Subhanallah, begitu mulut dan hatiku menjadi satu, sang Mahakuasa, Allah Subhanahu Wa Ta'ala, langsung mengijabah do'aku.

Lima hari setelah aku panjatkan do'a minta diberikan jodoh terbaik, Allah mempertemukan aku dengan seorang wanita yang hanya aku kenal namanya dan nama Ayahnya. Aku tidak pedulikan kecantikannya, latar belakang pendidikannya, usianya, berapa jumlah kakak adiknya, atau bagaimana kondisi keluarganya. Kalau Allah sudah memberikan yang terbaik, aku harus siap menghadapi segala kekurangan dan kelebihan wanita itu.

Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menerima jodoh yang terbaik menurut sang Maha Penentu Takdir, Dia memberikan lebih daripada yang aku kira. Ketika aku tidak lagi menuntut banyak kriteria, Allah justru memberiku seorang wanita dengan kriteria yang dulu pernah aku minta di setiap do'a-do'aku dalam mengharap jodohku. Allahu Akbar. Wanita itu menerima aku apa adanya dan kini menjadi ibu dari dua orang anakku. Wanita itu sungguh mampu melayani aku, seorang suami yang masih perlu banyak memperbaiki diri.

Ketika aku pasrah dan tawakal kepada Allah, dalam menerima wanita itu sebagai istriku, aku sangat yakin kepada sang Maha Pengampun, istriku akan jauh lebih baik dan lebih cantik di surga nanti. Dialah jalan bagiku untuk menuju surga Allah. Ya Allah, kumpulkanlah kami dalam surgamu kelak. Aamiin.

Sahabatku, ketika engkau mampu pasrah dan tawakal kepada Allah dalam segala hal, maka yakinlah, sang Maha Mendengar segala do'a akan mengabulkan do'a-do'a sahabat.

Dari aku yang masih terus mencoba pasrah dan tawakal...

Rico Atmaka
Koordinator Majelis Sehati
Daarut Tauhiid Jakarta

Kamis, 11 September 2008

"Bila Jodoh Datang Menjelang"

Subhanalloh temanya tentang "Bila Jodoh Datang Menjelang"Insya Allah ana disini akan membahas sedikit tentang permasalahan ini.Apabila akhwat dan ikhwan fillah sekalian mempunyai permasalahan yg sama ayuks..kta diskusikan bersama-sama.Jangan sampai karena perasaan antum sekalian yg menggebu2 pada si pulan dan si pulanah yg tidak tersampaikan dan tak terbalaskan malahan antum sekalian bersikap yang aneh dan berusaha bersikap menjatuhkannya.

Naudzubillah..Wallahu'alam bishowab.

Bismillahirrahmannirrahiim.....

A.Yang Membuat Anda Jatuh Hati

Latar belakang keluarga,lingkungan,dan pendidikan yang menjadi faktor perbedaan cara pandang seseorang terhadap cinta.Cara pandang yang berbeda ini yang memperngaruhi perbedaan sebab jatuh cinta.Walaupun demikian,secara garis besar,sebab-sebab jatuh cinta adalah :

1.Ada Pesona Keindahan (Fisik)

Seorang laki-laki umumnya menilai wanita untuk pertama kali pada penampilan fisik.Hal ini sifatnya subyektif,artinya setiap orang berbeda beda dalam menilai fisik seorang wanita begitu juga sebaliknya.Apalagi jika dikaitkan dengan bentuk wajah,setiap wanita berbeda-beda,maka cara pandang laki-laki pun berbeda beda pula.Jika R tertarik pada S,belum tentu A,juga sebaliknya.Setiap orang berbeda-beda dalam memahami kecantikan.

Namun pesona kecantikan wanita muncul tergantung pada keahlian wanita itu sendiri dalam merawat wajah dan tubuh.Wajah yang biasa-biasa menjadi tampak indah jika dirawat.Begitu juga dengan tubuh jika dirawat dengan baik akan memunculkan pesona tersendiri.

Selain itu,faktor pakaian juga dapat menambah kecantikan fisik seseorang.Pakaian yang kotor dan kusam memberi kesan kumuh dan jorok.selain itu juga pakaian yang pantas untuk dipakai oleh seorang muslimah adalah yang menutup auratnya kecuali wajah dan kedua telapak tangannya.Jangan sampai berbusana tapi telanjang.Banyak kita lihat disekitar kita memakai kerudung tp tampak telanjang.Misalnya di kerudung tp tidak menutupi dadanya malahan di ikat kebelakang leher sampai tidak bisa melirik jika dipanggil,dan memakai pakaian yang ketat sampai-sampai seluruh lekukan tubuhnya tampak sekali.Sunggguh ini sangat mengiris hati khususnya untuk para muslimah.

Laki-laki yang baik dan sholeh tidak akan suka dengan seorang wanita yang berpenampilan seperti itu.Untuk itu,kecantikan penting menjadi perhatian guna menambah keharmonisan.Rasulullah pun tampak lebih bahagia bersama siti Aisyah ra.dibanding istri-istri lainnya.Secara manusiawi diakui.Aisyah ra lebih cantik dari istri-sitri lainnya.Rasulullah pun menyebutnya dengan khumairoh (yang kemerah-merahan).Sebuah sebutan yang (dengan jelas) menunjukan perbedaan kecintaan dari istri-istri yang lain karena sebab kecantikannya itu.Namun islam,tidak pernah mensyaratkan keharusan mutlak akan kecantikan ini.Justru menekankan hal-hal ini diluar fisik.

2.Adanya Pesona Kepribadian

Sebagian orang tidak mensyaratkan kecantikan fisik tapi lebih menjunjung tinggi kecantikan mental atau kepribadian.Kepribadian dinilai lebih abadi daripada fisik.Kepribadian ini meliputi akhlak yang mulia,setia,terbuka,dan wawasan luas terutama dari segi agamanya.Dari kepribadian yang unggul ini melahirkan sosok yang berwibawa.

Dalam mengayuh rumah tangga,peran kepribadian ini hampir meliputi sisi-sisi kehidupan rumah tangga.Tanpa mentalitas (kepribadian)yang baik rumah tangga akan cepat usang.Apalagi jika muncul seribu satu problema rumah tangga,peran kepribadian sangat menentukan.

Sementara unsur kecantikan sekalipun memang diperlukan,namun saat-saat tertentu tidak akan berarti.Apalagi jika dikaitkan dengan usia,kecantikan akan cepat pudar terlebih lagi jika tidak pandai merawatnya.

Karena itu,tertarik pada pesona indahnya kepribadian seseorang sebagai landasan untuk mencintainya adalah cara pandang yang menyelamatkan masa depan.Bagaimana pun masa depan rumah tangga adalah masa depan generasi berikutnya yang perlu mendapat teladan yang baik dari para pelakunya (suami-isteri).Keteladanan ini hanya ada pada kepribadian yang baik bukan pada kecantikan wajah atau kemolekan tubuh.

3.Ada Perasaan ingin memiliki dan Ada keserasian (Kecocokan)

Seorang laki-laki mengakui kecantikan (fisik)seoang wanita,mungkin tidak ada perasaan untuk mencintainya adalah laki-laki mata keranjang.Hanya berpikir untuk kepuasan nafsunya.Adapun laki-laki yang ingin memiliki wanita tersebut akan berusaha mencari tahu siapa wanita itu.menanyakan statusnya,pendidikannya,dan yang terpenting adalah keluarga dan tempat tinggalnya.

Cinta tidak akan terpadu jika hanya salah satunya melihat atau memperhatikan.Cinta akan terpaut manakala satu sama lainnya saling bertemu dan satu rasa(cinta).Jika ternyata wanita itu tidak memiliki cinta dan enggan untuk menemuinya,cinta akan bertepuk sebelah tangan.

Seorang wanita yang mengetahui secara nyata bahwa laki-laki itu tidak mungkin dimikinya karena satu dan lain hal,umpanya dia sudah beristri,namun masih tetap membayangkannya dan berharap memilkinya,tergolong wanita perasa(cengeng).Sifat ini tidak layak ada pada wanita yang puas dengan cinta imajinatif.Yang terbaik adalah lupakan dia dan berusaha mendapatkan yang lainnya.

Sementara itu jika mengacu pada nilai-nilai islam,maka pasangan yang baik adalah dari segi agamanya.Unsur-unsur yang lainnya menjadi nomor dua mengingat unsur agama yang akan menyelamatkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat kelak.

"Wanita dinikahi karena empat perkara :

1.Karena harta bendanya,

2.Karena Keturunannya,

3.Karena Cantiknya,dan

4.Karena agamanya.Maka pilihlah wanita yang memiliki agama,pasti kamu

beruntung."(HR.Bukhari-Muslim,dari Abu Hurairah ra)

Sabda Rasulullah SAW :

"Karunia terbaik yang diperoleh seorang mukmin setelah ketaatan kepada Allah adalah mendapatkan (menikahi)istri shalihah."(HR.Ibnu Majah)

"Wanita yang shalihah itu adalah wanita taat kepada Allah lagi memelihara dirinya ketika suaminya tidak ada, oleh karena itu Allah memelihara mereka."(QS.An-Nissa:4)

4.Memohon Petunjuk Allah SWT (Istikharah)

Adukan semua beban dihati lewat shalat istikharah,mohonlah petunjuk-Nya untuk memberikan yang terbaik.

Apalagi bagi wanita muslimah yang ingin menetukan pilihan terhadap sesuatu(yang terbaik)untuk mengerjakan shalat sunnat dua rakaat ini,selain yang diwajibkan,baik itu shalat sunnat rawatib maupun shalat tahiyyatul masjid,pada siang atau malam hari.Setelah membaca Al-Fatihah,dibolehkan baginya membaca surat apa saja yang dikehendakinya.kemudia diakhir shalat berdoa.

Diriwayatkan dari Jabir,dia bercerita bahwa Rasulullah mengajarkan shalat sunnat istikharah (meminta petunjuk)kepada kami dalam segala hal.

Sebagaimana beliau mengajarkan kepada kami sebuah surat dan Al-Qur'an,seraya berkata :

Sesuatu hal,maka hendaklah ia mengerjakan shalat dua rakaat,selain shalat fardhu.Kemudian hendaklah ia berdoa:

"Ya Allah,sesungguhnya aku memohon petunjuk yang baik dengan pengetahuan-Mu.Aku memohon agar diberi kekuatan dengan kekuatan-Mu.Aku memohon kemurahan yang sangat luas,karena sesungguhnya Engkau berkuasa,sedangkan aku tidak.Engkau Maha Mengetahui,sedang aku tidak dan Engkau Maha Mengetahui segala yang ghaib.Ya Allah,jika Engkau mengetahui bahwa perkara ini (sebut jenis perkaranya)baik bagiku,bagi agamaku,bagi kehidupanku saat ini dan masa depan,maka mudahkanlah ia bagiku.Kemudian berkahilah ia bagiku.Sedang apabila Engkau mengetahui bahwa perkara ini buruk bagki,bagi agamaku,bagi kehidupanku saat ini dan masa depanku,maka jauhkanlah ia dariku dan jauhkanlah aku darinya.Berikanlah kepadaku kebaikan dimanapun adanya dan jadikanlah aku orang yang ridha dengan pemberian-Mu itu."(HR.Bukhari)Wallahualam Bishowab...